REPRESENTASI KYAI AHMAD DAHLAN SEBAGAI TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM DALAM FILM “SANG PENCERAH” (ANALISIS SEMIOTIK REPRESENTASI KYAI AHMAD DAHLAN SEBAGAI TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM DALAM FILM “SANG PENCERAH”)

Studi ini meneliti tentang representasi sang pencerah sebagai tokkoh pembaruan Islam dalam film “sang pencerah” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi sang pencerah sebagai tokkoh pembaruan Islam dalam film“sang pencerah” Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika untuk mengungkap makna dan melihat tanda-tanda yang ada dalam film ”Sang Pencerah”. Analisis yang digunakan adalah konsep semiotika John Fiske yang berupa kode-kode social, pertama, level realitas (reality); kostum, perilaku, gerak, dan ekspresi. Dari level realitas, maka akan nampak tanda-tanda yang disajikan melalui kode teknik seperti kerja kamera, pencahyaan, proses editing untuk masuk dalam level Kedua; level representasi (representation) yang terdiri dari; narasi, konflik, karakter, dialog, dan setting. Selanjutnya kita memasuki level Ketiga, ideologi (ideology). Penggunaan konsep televition code untuk memahami tentang cara kerja tanda dalam suatu teks. Sasaran penelitian ini adalah teks berupa tanda-tanda pada film “Sang Pencerah”. Unit analisis dalam penelitian ini adalah tanda-tanda yang ada dalam film ”Sang Pencerah”. dan menggunakan konsep kode-kode sosial John Fiske untuk pengorganisasian tanda ke dalam kode. Hasil penelitian ini adalah bahwa secara umum, secara umum telah menyuguhkan beberapa kritik bagi kita semua. Diantaranya konflik yang terjadi diabadabad yang lalu dan sampai sekarangpun masih bisa dijumpai,seperti kekerasan terhadap aliran keagamaan yang berbeda faham orientasi dan metodenya dalam beribadah, dengan mengkafirkan kelompok lain sampai pada terjadinya pengerusakan tempat-tampat peribadatan. Sang Pencerah yakni Kyai Ahmad Dahlan direpresentasikan sebagai tokoh pembaruan Islam yang mendobrak sistem-sistem absolutisme adat-istiadat dalam beragama, sebagai sosok mujadid yang memiliki toleransi pada budaya bangsa, sebagai ulama yang progresif konserfatif dan sebagai ulama yang kreatif dan inovatif